Belajar Dari Pak Ali Sadikin

Beberapa waktu yang lalu, saya berkesempatan untuk berkunjung ke kediaman Pak Ali Sadikin, yang terletak di kawasan Menteng. Sebuah rumah yang seakan membawa saya kembali ke masa lalu, memberikan nuansa nostalgia dari era yang berbeda. Meskipun begitu, rumah tersebut terlihat sangat terawat, memancarkan kehangatan dan ketenangan.

Dalam kunjungan tersebut, saya bertemu dengan Ibu Mia Puspitawati, sosok yang telah puluhan tahun setia mendampingi keluarga almarhum Pak Ali Sadikin. Meskipun kini Ibu Mia tidak lagi menjabat sebagai Sekretaris Pribadi Pak Ali, ia tetap mengurusi dan merawat anak-anak serta cucu-cucu beliau dengan penuh ketelatenan. Ketulusan dan kesetiaan yang Ibu Mia tunjukkan sungguh mengagumkan, dan membuat saya bertanya-tanya tentang alasan di balik dedikasinya yang begitu besar.

Saya kemudian memberanikan diri untuk bertanya, “Mengapa Ibu masih setia hingga hari ini?” Pertanyaan sederhana itu disambut dengan jawaban yang penuh makna dari Ibu Mia, sebuah jawaban yang berhasil menyentuh hati saya.

Dari percakapan tersebut, saya menyadari bahwa ada dua hal penting yang menjadi ciri khas dari sosok Pak Ali Sadikin, yang membuat nama beliau tetap harum dan dikenang hingga kini. Bahkan, keluarganya masih dikelilingi oleh orang-orang yang setia mendampingi mereka.

Pertama, kepemimpinan yang kuat.
Pak Ali Sadikin, yang merupakan seorang putra Sunda, berhasil mengukir prestasi gemilang sebagai Gubernur Jakarta. Kepemimpinan beliau yang tegas namun penuh perhatian, mampu menarik banyak orang untuk mendekat dan mendukung visinya. Kharisma yang dimiliki Pak Ali tidak hanya terlihat dalam tindakan-tindakannya sebagai seorang pemimpin, tetapi juga dalam bagaimana beliau berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya.

Kedua, kesetiaan yang luar biasa.
Pak Ali adalah sosok yang senantiasa setia pada orang-orang yang ada di sekelilingnya. Beliau tidak hanya dikenal sebagai pemimpin yang tegas, tetapi juga sebagai seseorang yang selalu siap membantu dan membela mereka yang membutuhkan. Kesetiaan dan ketulusan yang beliau tunjukkan kepada orang-orang di sekitarnya inilah yang pada akhirnya membuahkan kesetiaan yang sama dari mereka.

Dari kisah yang dibagikan oleh Ibu Mia, saya belajar bahwa jika kita mampu saling memanusiakan tanpa memandang jabatan atau keahlian, maka kita akan menemukan kebahagiaan dan makna hidup yang sejati. Ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua, bahwa dalam menjalani hidup, hubungan antarmanusia yang penuh keikhlasan dan rasa saling menghargai dapat menjadi energi besar yang mampu membangun kehidupan yang layak dijalani bersama-sama.

Kisah ini mengingatkan saya akan pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dalam setiap aspek kehidupan, terutama dalam hal kepemimpinan. Seorang pemimpin yang baik bukan hanya dilihat dari apa yang ia capai, tetapi juga dari bagaimana ia memperlakukan orang-orang di sekitarnya. Pak Ali Sadikin adalah contoh nyata dari seorang pemimpin yang mampu meninggalkan warisan bukan hanya dalam bentuk kebijakan atau prestasi, tetapi juga dalam hati dan ingatan orang-orang yang pernah berinteraksi dengannya.

Tautan lain :

https://www.tiktok.com/@arfirafnialdi/photo/7382184651319741701

Facebook
Twitter
X
WhatsApp